Powered By Blogger

Sunday, April 4, 2010

Ptyriasis Alba

PITIRIASIS ALBA
Penulis : dr. Fitria Ningsih, dr.Muhammad Junaid, dr. Serli Pasimbong, Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 2004

I. Pendahuluan
Pitiriasis alba merupakan bagian dari hipomelanosis yang bisa mengenai semua jenis ras, tapi kebanyakan adalah orang kulit hitam. Pitiriasis alba merupakan suatu penyakit terdiri dari bentuk asimptomatik, skuama halus, oval, bercak kemerahan, terkadang juga berupa makula dari bentuk hipopigmentasi ringan sampai sedang yang akan menghilang serta meninggalkan area yang depigmentasi. Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh fox pada tahun 1942 Oleh O’Farrel, pada tahun 1956 diberi nama Pitiriasis Alba, dalam bahasa latin berarti putih, bercak bersisik.(1-5)
Nama lain dari penyakit ini adalah pitiriasis simpleks, pitiriasis makulata, impetigo sika, dan impetigo pitiroides, eritema streptogenes, pitiriasis sicca faciei.(2,3,5)

II. Epidemiologi
Pitiriasis Alba biasanya muncul pada anak-anak dengan umur 3 -16 tahun. Untuk perlangsungan pada kedua jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan. Penyakit ini lebih banyak mengenai orang kulit hitam atau coklat. Penyakit ini menjadi kelihatan lebih jelas pada musim panas. Pitiriasis Alba jarang ditemukan setelah umur 30 tahun.(2,6,7)

III. Etiologi
Menurut pendapat para ahli diduga adanya infeksi streptococcus, tetapi belum dapat dibuktikan. Atas dasar riwayat penyakit dan distribusi lesi diduga impetigo dapat merupakan faktor pencetus. Pitiriasis alba juga merupakan manifestasi dermatitis non spesifik, yang belum diketahui penyebabnya. Sabun dan sinar matahari bukan merupakan faktor yang berpengaruh. Kulit kering yang berlebihan yang disertai dengan paparan sinar matahari dapat juga memberikan kontribusi. Meskipun etiologi dari penyakit ini belum diketahui secara pasti, tetapi faktor pemicunya dapat sebagai berikut : (3,8,9)
   1. panas
   2. sistem imunitas
   3. alergi deterjen dan sabun
   4. rokok
   5. stress

IV. Patofisiologi
Patofisiologinya belum diketahui tetapi beberapa ahli percaya bahwa penyakit ini merupakan suatu bentuk dari dermatitis eksematosa dengan hipomelanosis yang terjadi dari perubahan setelah inflamasi dan efek penyinaran ultraviolet pada daerah epidermis yang hiperkeratotik dan parakeratotik. Proses ini diperkirakan hasil transfer blok melanosom. Kepadatan fungsional melanosit telah berkurang pada area yang dipengaruhi tanpa perubahan pada aktivitas sitoplasmid. Melanosom cenderung untuk lebih sedikit dan lebih kecil, tetapi bentuk penyebaran keratinosit adalah normal. Perubahan melanosom menjadi keratinosit umumnya tidak terganggu. Penampakan histologinya tidak spesifik. Hiperkeratosis dan parakeratosis selalu ada, dan tampaknya kedua hal tersebut tidak berperan penting dalam patogenesis hipomelanosis. Derajat edema interseluler dan droplet intrasitoplasmik lemak terlihat. Hipopigmentasi terjadi karena penurunan jumlah melanosit aktif dan penurunan jumlah dan ukuran melanosom pada daerah yang terkena.(1,7,10)

Lesi yang ditemukan biasanya berbentuk bulat, oval, atau plakat yang teratur. Warna merah muda atau sesuai warna kulit dengan skuama yang halus. Setelah eritema menghilang, lesi yang dijumpai hanya depigmentasi dengan skuama halus. Pada stadium ini penderita datang berobat terutama pada penderita dengan kulit berwarna. Bercak biasanya multipel 4 sampai 20 dengan diameter antara 1-2 cm, tapi dapat juga lebih besar terutama yang berada di daerah badan. Pada anak-anak lokasi kelainan paling banyak di temukan di daerah muka (50-60%), yaitu di sekitar mulut, dagu, pipi serta dahi. Lesi padat dijumpai pada ekstremitas dan badan. Dapat simetris pada bokong, paha atas, punggung, dan ekstensor lengan tanpa keluhan. Lesi umumnya menetap, terlihat sebagai leukoderma setelah skuama menghilang.(3,10,11)
Berdasarkan gejala klinis yang sering ditemukan, Pitiriasis Alba dapat di bagi atas 2 bentuk antara lain :
- Bentuk lokal, merupakan bentuk yang paling sering ditemukan, lebih banyak mengenai anak-anak, lesi 
   terutama terdapat di wajah, biasanya ditemukan sampai 5 lesi yang berbentuk plakat hipokrom disertai
   skuama. Bentuk ini memiliki respon yang lebih baik terhadap pengobatan.
- Bentuk umum, memiliki insidens yang lebih jarang dan paling sering ditemukan pada orang dewasa dan
  anak-anak. Bentuk ini di bagi lagi menjadi dua variasi klinik, antara lain :
   1. Idiopatik, di tandai oleh adanya lesi berbatas tegas, simetris, dan tanpa skuama. Terdapat pada badan
      dan memiliki respon yang jelek terhadap pengobatan
  2. Dermatitis atopik, pada bentuk ini gatal merupakan gejala yang paling sering di keluhkan. Berespon
      terhadap pemberian kortikosteroid topikal.
Selain bentuk yang sering di temukan, beberapa manifestasi klinis yang tidak umum juga di temukan, seperti psoriasis dan bentuk pigmentasi. Pasien datang dengan lesi yang pada bagian tengahnya terdapat hipopigmentasi. Disertai skuama halus, yang terutama terdapat di daerah wajah, dan biasa di sertai dengan infeksi dermatofit.(12)






VI. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan histopatologi
Pada pemeriksaan ini biasanya di temukan achantosis, spongiosis ringan, dengan hyperkeratosis sedang, dan lesi parakeratosis. Juga dapat ditemukan adanya atrofi glandula sebasea, spongiosis, dan gangguan folikular. Pada mikroskop elektron, di temukan adanya penurunan jumlah melanosit aktif dan melanosom di dalam kulit. Pada tahun 1993, vargas-Ocampo membagi manifestasi klinik Pitiriasis Alba ke dalam 3 tahap berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologinya. Antara lain tahap initial, intermediate, dan late. Pada tahap initial dan intermediate terjadi perubahan dari aparatus pilosebaseus, folikuler, dan atropi glandula sebasea. Pada tahap late perubahan menyerupai dermatitis kronik.(12,13)

2. Mikroskop Elektron
Pada mikroskop elektron ditemukan jumlah melanosit aktif menurun dan jumlah serta ukuran dari melanosom menurun pada kulit yang terinfeksi.(10)

3. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil diagnosa yang benar umumnya diusulkan berdasarkan umur pasien, skuama, hipopigmentasi, dan distribusi luka. Pemeriksaan hidroksida kalium (KOH) dilakukan untuk mengeliminasi tinea versikolor.(10)

VII. Diagnosis

Diagnosis pitiriasis Alba di tegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan mikroskopis. Anamnesis menggambarkan adanya riwayat bercak berwarna merah terang pada kulit yang disertai adanya skuama dan depigmentasi setelah bercak kemerahannya hilang.(11,12)
Berdasarkan pemeriksaan fisis ditemukan adanya lesi berukuran 1-2 cm yang berbentuk bulat, oval, atau iregular yang berwarna merah muda, merah, atau sesuai warna kulit yang biasanya disertai dengan skuama halus dan terjadi depigmentasi pada kulit.(11)
Berdasarkan pemeriksaan histopatologi ditemukan adanya achantosis, spongiosis ringan, dengan hyperkeratosis sedang, dan lesi parakeratosis. Juga dapat ditemukan atrofi glandula sebasea, spongiosis, dan gangguan folikular. Pada mikroskop elektron, ditemukan penurunan jumlah melanosit aktif dan berkurangnya melanosom dalam kulit, akan tetapi belum diketahui apakah terjadi perubahan fungsi dari melanosit.(11, 12)
Perubahan histopatologi hanya dijumpai pada akantosis ringan, spongiosis dengan hyperkeratosis sedang dan parakeratosis setempat. Tidak adanya pigmen disebabkan karena efek penyaringan sinar oleh stratum korneum yang menebal atau oleh kemampuan sel epidermal mengangkut granula pigmen melanin berkurang. Pada pemeriksaan mikroskop elektron terlihat penurunan jumlah serta berkurangnya ukuran melanosom.(12)

VIII. Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari Pitiriasis alba adalah Tinea versikolor, vitiligo,dan kusta.
a. Tinea versikolor
Tinea versikolor merupakan infeksi jamur superficial pada lapisan korneum kulit yang bersifat ringan, menahun, dan biasanya tidak terdapat keluhan subjektif, disebabkan oleh Malassezia furfur. Gambaran klinis pitiriasis versikolor sangat khas sehingga mudah didiagnosis, berupa bercak yang berbatas tegas disertai skuama halus. Warna lesi mulai dari hipopigmentasi, merah muda, kuning kecoklatan, coklat muda atau hiperpigmentasi. Variasi warna lesi tergantung dari pigmen kulit penderita, paparan sinar matahari dan lama penyakit. Tempat predileksi penyakit ini terutama yang ditutupi pakaian seperti dada, punggung, perut, lengan atas, paha, leher, muka, dan kulit yang berambut.(1,2,12,15)


b. Vitiligo
Vitiligo adalah gangguan berupa bintik-bintik keputihan yang muncul di kulit (bukan bawaan). Berbeda dengan gangguan jamur, seperti panu misalnya, vitiligo tidak menimbulkan rasa gatal. Vitiligo terjadi akibat rusaknya sel pigmen, , sehingga pigmen tidak terbentuk. Umumnya, vitiligo muncul di muka, kulit, kepala serta leher. Awalnya hanya bercak kecil, tapi makin lama tampak makin melebar dan menyebar. Vitiligo biasa muncul pada orang-orang kulit hitam, bisa terjadi karena pemakaian kosmetik yang kurang tepat atau faktor autoimun. Pigmen warna kulit(melanin) tidak terbentuk dan sel-sel pembuat warnanya tidak bekerja karena diserang oleh tubuh sendiri.(2,12, 16)


c. Kusta (MH) tipe LL
Makula hipomelanosis mungkin merupakan penampakan awal dari kusta tipe lepromatosa. Lesi biasanya kecil, banyak, halus, dan batas tegas. Lesi terdapat pada wajah, ekstremitas, dan biasanya menyebar pada tubuh.(2)

IX. Pengobatan
Pengobatan dari Pitiriasis alba terutama terdiri dari memelihara kesehatan kulit dan pendidikan orang tua mengenai penyakit ini yang dapat sembuh sendiri. Pasien sebaiknya memakai pelindung dari sinar matahari. Karena penyakit ini biasanya sembuh sendiri dan tidak bergejala maka terapi medis tidak selalu diperlukan. Jika kondisi dari penyakit ini ringan dan tidak terlalu menarik perhatian, tidak ada pengobatan yang penting.(10, 13)
Terapi medikamentosa pada penderita Pitiriasis alba terdiri atas:
a. Kortikosteroid topikal
Steroid topikal kelas 5 atau 6 yang digunakan untuk mengobati Pitiriasis alba aman untuk anak anak. Pemakaian jangka panjang pada wajah tidak dianjurkan.
Hidrokortison topikal merupakan suatu derivate adrenokortikosteroid dengan aktivitas antiinflamasi ringan. Krim dan salap umumnya baik digunakan, tetapi salap mungkin lebih efektif bila ada xerosis atau sisik. Cara pemakaiannya adalah dioleskan secara tipis pada daerah yang terkena. Pada wanita hamil dapat digunakan jika manfaatnya lebih banyak daripada resiko terhadap fetus. Kontraindikasinya berupa hipersensitivitas; infeksi kulit oleh virus, jamur, dan bakteri.(10)

b. Imunosupresan
Takrolimus dapat digunakan untuk mengobati Pitiriasis alba dan aman untuk anak. Akan tetapi, karena harganya mahal, takrolimus jarang digunakan untuk pengobatan Pitiriasis alba.(10)
Mekanisme kerja dari takrolimus topikal pada dermatitis atopik belum diketahui. Pemakaian obat ini dapat mengurangi gatal dan inflamasi dengan menekan pelepasan sitokin dari sel T dapat digunakan pada pasien umur 2 tahun. Obat- obat dari kelas ini lebih mahal dari kortikosteroid topikal. Tersedia dalam bentuk salap dengan konsentrasi 0,03% dan 0,1%. Obat ini hanya digunakan bila cara pengobatan lain yang dipilih gagal.(10)
Pada orang dewasa digunakan takrolimus topikal dengan konsentrasi 0,1%. Caranya yaitu dioleskan secara tipis pada daerah kulit yang terkena; pengobatan dilanjutkan selama satu minggu setelah gejala dan tanda hilang. Anak umur kurang dari 2 tahun tidak dianjurkan. Anak umur 2-15 tahun diberikan salap dengan konsentrasi 0,03% sedangkan anak umur lebih dari 15 tahun aturan pakainya seperti pada orang dewasa. Kontraindikasi yang ditemukan berupa hipersensitivitas.(10)

c. PUVA telah ditemukan efektif untuk pitiriasis alba yang luas.(1)

X. Prognosis
Pitiriasis alba adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri, setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun dan pasiennya tidak bergejala, tetapi umumnya pada wajah berlangsung setahun atau lebih. Prognosis baik, pada akhirnya terjadi repigmentasi sempurna. (3,11,12)

XI. Kesimpulan
Pitiriasis alba merupakan suatu keadaan yang umumnya terdiri dari skuama halus, oval, bercak kemerahan, terkadang juga berupa makula dari bentuk hipopigmentasi ringan sampai sedang yang akan menghilang serta meninggalkan area yang depigmentasi. Nama lain dari penyakit ini adalah pitiriasis simpleks, pitiriasis makulata, impetigo sika, dan impetigo pitiroides. Penyakit ini biasanya muncul pada anak-anak dengan umur 3 -16 tahun, dengan frekuensi laki-laki dan perempuan sama. Penyakit ini jarang ditemukan pada usia di atas 30 tahun.
Menurut pendapat para ahli diduga adanya infeksi streptococcus, tetapi belum dapat dibuktikan. Pitiriasis alba juga merupakan manifestasi dermatitis non spesifik, yang belum diketahui penyebabnya. Meskipun etiologi dari penyakit ini belum diketahui secara pasti, tetapi faktor pemicunya dapat sebagai berikut : panas, sistem imunitas, alergi deterjen dan sabun, rokok , dan stress.
Patogenesisnya belum diketahui tetapi beberapa ahli percaya bahwa penyakit ini merupakan suatu bentuk dari dermatitis eksematosa dengan hipomelanosis yang terjadi dari perubahan setelah inflamasi dan efek penyinaran ultraviolet pada daerah epidermis yang hiperkeratotik dan parakeratotik yang melibatkan hasil transfer blok melanosom.
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini adalah Pemeriksaan histopatologi, mikroskop elektron, dan pemeriksaan laboratorium.
Penyakit ini dapat didiagnosis banding dengan vitiligo, tinea versikolor, dan kusta (MH) tipe lepromatosa.
Pada pengobatan penyakit ini digunakan kortikosteroid dan imunosupressan, meskipun penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ortonne JP, Bahadoran P, Fitzpatrick TB, Mosher DB, Hory Y. Hypomelanoses and hypermelanoses.
    In : Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Ausesten KF, Goldsmith LA, Katz SI, editors. Fitzpatrick’s
    dermatology in general medicine.6th ed.New York : McGraw Hill ; 2003. p .836-80.
2. Fritsch PO, Reider N. Other Eczematous Eruption. In : bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, editors :
    Dermatology. Edinburgh : Mosby ; 2003. p. 215-26.
3. Soepardiman L. Penyakit Kulit yang lain. In : Djuanda A. Hamzah, M Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan
    Kelamin. Edisi ketiga. Jakarta : Penerbit FK-UI ; 1999.
4. Habif TP. Light related disease ang disorders of pigmentation in infant and children. In : Clinic in
   dermatology. New York : Elsevier science Inc. 2002. p. 4-9
5. Kabulrahman. Kelainan Pigmen. In : Harahap M, editor. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates.2004.
    p.145-58.
6. Parikh A Deepak. Ptyriasis Alba (online). 1999 (cited 2008 march 2) ; available from : URL :
     http ://http://www.ijdvl.com/
7. Kane KSM, Ryder JB, Johnson RA, Baden HP, Stratigos A. Disorders Of Pigmentation. In : Color Atlas
    & Synopsis og Pediatric dermatology. New York : McGraw Hill.2002.p.258-60.
8. James WD, Berger TG, Elston DM, editors. Atopic dermatitis, eczema, and noninfectious
     immunodeficiency disorders. In : Andrew’s diseases of the skin clinical dermatology. 10th ed. London :
     Blackwell science publication, 1992. p. 538-71.
9. Visualdx Health. Pityriasis Alba : child (online). 18 oct 2007 (cited 2008 march 3) Available from : URL :
     http: // http://www.visualdxhealth.com/
10. Crowe MA. Pitiriasis Alba (online). 20 Januari 2007 (cited 2008 March 3) ; Available from : URL :
    http: // http://www.emedicine.com/
11. Burton JL, Holder CA. Eczema, Lichenification, prurigo and erythroderma. In : Champion RH, Burton
     JL, Ebling FJG, editors. Rook/Wilkinson/ebling. Textbook of Dermatology. 5th ed. London : Blackwell
     Scinece Publication, 1992. p. 538-71
12. Magda Blessman Weber, Pityriasis alba: epidemiological, clinical, and therapeutic aspects (online) 8 June
      2007 (cited 2008 march 2) Available from :URL : http: // http://www.anaisdedermatologia.org/
13. Wikipedia. Pityriasis Alba (online) 9 july 2007 (cited 2008 march 2) Available from : URL : http : //
      http://www.wikipedia.com/
14. Samuel L. Mochella, Harry J.Hurley, MD, editors. Ptyrisis Alba. In : Dermatology 2nd Edition Vol.1.
      London : W.B. Sauders Company, 1985. p. 376-77.
15. Amiruddin MD. Ilmu Penyakit Kulit. Makassar : UNHAS Press ; 2003
16. Sheung-kyung han MD. Vitiligo (online). 14 april 2005 (cited 2008 maret 2) ; Available from : http: //
      http://www.emedicine.com/
17. Redbook online.Ptyriasis Versikolor (online). 18 july 2005 (cited 2008 maret 14) ; Available from :
      http : // http://www.google.com/
18. Leprosy lepromatous. (online). (cited 2008 maret 14). Available from : http : // http://www.google.com/

9 comments:

  1. assalamualaikum
    bisa minta email atau fb dari dr.muhammad junaid
    cz ia teman lama sy n br kali ini sy dpt infox.thanx

    ReplyDelete
  2. Ada yang tau obat alami yang bisa menyembuhkan pitiarisis alba di wajah?kata dokter putih di muka saya itu bukan panu tapi pitiarisis alba . Saya cuma dikasih vitamin sama obat alergi doang , ga ada salep atau obt khususny . Saya masih kurang puas , dan ingin coba dibantu dengan obt lain yang alami . Klu ada yg tau .info yaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenernya menurut saya sih gaada obat pastinya. Yang kita butuhin adalah pertama pasti jangan lakuin pantangan" buat penderita. Dokter kulit saya nyebutin beberapa pantangan: 1. Jangan terlalu lama kena sinar matahari 2. Jangan terlalu banyak makan makanan yang mengandung banyak bumbu(mie instan, gorengan pake bumbu" bermerek) 3. Hindari penggunaan bahan kimia(kosmetik, sabun muka berbahan keras)
      Lagi itu saya pernah dikasih salep. Setelah saya pakai kulit wajah saya yang ada bercak itu langsung memerah jika terkena sinar matahari. Kebetulan kulit saya putih jadi keliatan banget warna merahnya. Saya terusin penggunaanya untuk beberapa bulan tapi malah bercaknya menyebar ke daerah yang terpoles. Gatau apa penyebabnya sih. Saya stop pemakaian salep. Saya lebih banyak minum vitamin E buat kesehatan kulit tentunya sama obat herbal yang mempercepat generasi sel. Lagi itu saya pakai Gold G Jelly Gamat. Harga kisaran 200 ribu kalau ga salah. Botol besar kisaran 600 ribu. Belum keliatan jelas sih hasilnya soalnya saya baru pakai 1 botol. Kalau rajin" rawat kulit sih mudah"an cepet sembuh dan ikutin pantangan diatas tadi. Saya juga udah hampir 4 tahun ga ilang"

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete
  3. Saat saya masih kecil.. pitiriasis alba biasanya diobati dengan getah kayu yg terbakar. Caranya : potong ranting kayu diameter 2-3 cm sepanjang 20 cm. Saat dbakar disalah satu ujungnya maka akan keluar getah berwarna coklat diujung yg lain. Getah tersebut yg dioleskan pada kulit yang memutih. Hati2 karena getah yg baru keluar biasanya panas, tunggu dingin dan ada kemungkinan alergi terhadap getah tersebut. Ingat segala resiko dari advis ini tidak dijamin. Semoga bermanfaat.

    ReplyDelete
  4. Mohon infonyaa. Kalau kena pitiriasis alba diwajah agak sedikit membengkak gak? Kayak digigit nyamuk? Dan berwarna merah.

    ReplyDelete
  5. Mohon infonyaa. Kalau kena pitiriasis alba diwajah agak sedikit membengkak gak? Kayak digigit nyamuk? Dan berwarna merah.

    ReplyDelete